Dulu menjadi simbol kemewahan dan incaran para konglomerat Indonesia, kini nasib sebuah model mobil berubah drastis. Penjualannya merosot tajam, bahkan hanya mampu mencatatkan angka 2 unit saja.

Fenomena ini tentu menimbulkan tanda tanya besar. Apa yang menyebabkan mobil yang dulunya begitu prestisius ini kehilangan daya tariknya di pasar otomotif Indonesia? Beberapa faktor mungkin menjadi penyebabnya.

Perubahan tren otomotif, munculnya model-model baru yang lebih inovatif dan efisien, serta perubahan selera konsumen bisa jadi menjadi alasan utama. Selain itu, faktor harga dan biaya perawatan yang tinggi juga mungkin menjadi pertimbangan bagi calon pembeli.

Penurunan penjualan yang drastis ini menjadi pelajaran berharga bagi para produsen otomotif. Mereka harus mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar dan selera konsumen jika ingin tetap bertahan dan bersaing.

Data penjualan terbaru menunjukkan bahwa mobil ini hanya terjual 2 unit pada bulan Oktober 2024. Angka ini sangat jauh dibandingkan dengan penjualan beberapa tahun lalu, ketika mobil ini masih menjadi primadona di kalangan orang kaya.

Meskipun demikian, bukan berarti mobil ini benar-benar kehilangan penggemarnya. Masih ada sebagian kecil konsumen yang menghargai nilai sejarah, desain klasik, dan performa yang ditawarkan oleh mobil ini. Namun, jumlah mereka tidak cukup untuk mendongkrak penjualan secara signifikan.

Masa depan mobil ini di pasar otomotif Indonesia masih menjadi tanda tanya. Apakah produsen akan melakukan perubahan besar-besaran untuk menghidupkan kembali model ini, ataukah mobil ini akan terus mengalami penurunan penjualan hingga akhirnya menghilang dari pasaran?